Selasa, 29 September 2020

Hukum Aqiqah Harus, Benarkah Demikian?

Banyak para orang tua di Indonesia meyakini kalau seseorang anak itu wajib diaqiqahi pada hari ketujuh sehabis kelahirannya. Benarkah hukum aqiqah itu harus? Gimana komentar Kebanyakan ulama tentang ini?

Komentar Ulama Mazhab tentang Hukum Aqiqah

Telah jadi pengetahuan bersama, dalam perkara fikih hendak kerap ditemukan perbandingan komentar dari golongan para ulama fikih, paling utama ulama fikih 4 Mazhab. Begitu pula dalam perkara hukum aqiqah. Untuk seseorang muslim biasa, dengan berpegang pada komentar yang diamalkan oleh kebanyakan ulama fikih insya Allah hendak lebih menyelamatkan dari kekeliruan.

Para ulama fikih mazhab Syafi’ I serta komentar masyhur Mazhab Hanbali melaporkan kalau aqiqah hukumnya sunnah muakkadah. Jasa Aqiqah Jakarta ( Nihayatul Muhtaj, 8/ 137. Al- Majmu’, Imam an- Nawawi, 8/ 435. Mathalib Ulin Nuha, 2/ 488. Mughnil Muhtaj, 4/ 293)

Mereka berdalil dengan hadits Rasulullah shallallahu‘ alaihi wa sallam,

عَنْسَمُرَةَبْنِجُنْدُبٍأَنَّرَسُولَاللَّهِ-صلىاللهعليهوسلم-قَالَ«كُلُّغُلاَمٍرَهِينَةٌبِعَقِيقَتِهِتُذْبَحُعَنْهُيَوْمَسَابِعِهِوَيُحْلَقُوَيُسَمَّى»

Dari Samurah bin Jundub, Rasulullah shallallahu‘ alaihi wa sallam bersabda,“ Tiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya serta diberi nama.”( HR. Abu Daud nomor. 2838, An- Nasai nomor. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/ 12. Syaikh Al- Albani berkata kalau hadits ini shahih).

Komentar mazhab ini menguasai kalau arti murtahanun/ tergadaikan merupakan anak tersebut tidak hendak dapat berkembang serta tumbuh dengan baik saat sebelum dia diaqiqahi.

Sedangkan Mazhab Hanafi berkomentar kalau aqiqah dibolehkan pada hari ketujuh kelahiran anak, sehabis berikan nama, mencukur rambut kepala, serta memberikan sedekah. Di antara ulama mereka pula terdapat yang berkata,“ Anak tersebut diaqiqahi bagaikan ibadah bonus( Tathawwu’) dengan hasrat bersyukur atas nikmat Allah.”( Al- Bada i’, 5/ 59)

edangkan mazhab Maliki berkomentar, aqiqah hukumnya mandub. Hukum Mandub derajatnya terletak di dasar hukum sunnah.( Syarh al- Kabir, ad- Dardir, 2/ 126)

Ada pula ulama fikih mazhab zahiri misalnya Daud bin Ali serta Ibnu Hazm, keduanya berkomentar kalau aqiqah hukumnya harus.( Al- Muhalla, 6/ 234. Al- Majmu’, 8/ 447. Al- Mughni, 9/ 459) tetapi, komentar ini tidak banyak diamalkan oleh para ulama.

Dengan demikian, bisa dikenal kalau komentar yang melaporkan hukum aqiqah itu sunnah muakkadah merupakan komentar yang banyak dipegang oleh kebanyakan ulama mazhab.

Komentar Ulama Kontemporer Tentang Hukum Aqiqah

Komentar yang melaporkan kalau aqiqah hukumnya sunnah muakkadah ini nyatanya pula banyak diamalkan oleh para ulama kontemporer.

Syaikh Muhammad Shalih al- Munajjid dalam fatwanya melaporkan, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar